Jumat, 30 November 2012

Cerpen We . :D



Biarkan Aku Tersenyum
Hujan turun dengan lebatnya di luar sana. Petir menyambar-nyambar yang disertai dengan kilat. Jam menunjukkan pukul 15.25 WIB. Candy menatap ke arah luar melalui jendela kamarnya. Tak terasa air matanya sudah membasahi pipinya. Entah mengapa, akhir-akhir ini dia sering merasa terpuruk.
“Candy, kamu kenapa?” Candy terkejut. Lamunannya seketika itu menghilang begitu saja.
“Ehhh, Oma. Gak kenapa-kenapa, Oma,” jawab Candy sambil mengusap air matanya.
“Tapi kelihatannya tadi cucu Oma lagi nangis. Ada apa, Candy? Cerita sama Oma.”
“Gak ada apa-apa, Oma. Candy keluar dulu ya, Oma.”
“Di luar hujan, Candy. Biar Oma aja yang keluar dari sini. Mungkin cucu Oma ini memang lagi pengen sendiri. Tapi kalau kamu butuh sesuatu, bilang ke Oma aja, yah.”
“Iya, Oma,” jawab Candy singkat.
Oma keluar dari kamar Candy. Kini Candy kembali termenung. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Dia masih tetap termenung dan termenung tanpa melakukan suatu apapun. Dia menatap ke arah hujan yang sedang menari-nari di aspal, namun pikirannya melayang entah kemana.
Tiba-tiba Candy bangkit dari tempat duduknya, mengambil sebuah album foto di laci mejanya. Dia membuka album itu satu per satu. Air matanya mengalir semakin deras. Dia memandangi fotonya bersama ayah dan ibunya dengan tatapan penuh dengan rasa benci. Candy melempar album itu. Dia menangis lebih keras.
Oma yang sedari tadi berdiri di balik pintu kamar Candy hanya bisa terdiam dan meneteskan air matanya. Sepertinya Oma mengetahui apa yang ada di pikiran Candy saat ini.
Waktu terus berjalan dan Candy tetap terlarut dalam kesedihannya. Tiba-tiba, bel rumah berbunyi. Oma membuka pintu dan ternyata orang yang ada di hadapan Oma saat ini adalah mama Candy.
“Untuk apa kau datang ke sini?” tanya Oma dengan sinis.
“Aku hanya ingin bertemu dengan putriku. Jangan pernah coba untuk menghalangiku,” jawab mama Candy.
“Setelah semua yang telah kau lakukan terhadap Candy? Apa kau tak tahu betapa terpuruknya dia saat ini? Kau masih sanggup ingin menemuinya setelah kau tinggalkan dia begitu saja. Kau sudah punya kehidupan baru. Jadi, jangan pernah ganggu Candy lagi. Itu hanya akan menambah kesedihan Candy,” tegas Oma.
“Tapi Candy itu putriku. Jangan larang aku untuk menemuinya,” jawab mama Candy.
“Pergilah dari sini. Aku yakin Candy tak ingin menemuimu.”
Karena mendengar keributan, Candy keluar dari kamarnya. Candy begitu penasaran siapa tamu yang sedang berbicara dengan Omanya.
“Siapa tamunya, Oma? Kenapa gak disuruh masuk?” tanya Candy.
Begitu melihat Candy yang baru keluar dari kamarnya, mama Candy langsung menghampiri Candy dan memeluknya. Candy hanya terdiam dan terpaku. Tak berapa lama dia melepaskan pelukan mamanya dari tubuhnya dengan kasar.
“Untuk apa mama ke sini? Bukankah mama sudah memiliki kehidupan yang bahagia bahkan sangat bahagia di luar sana?” tanya Candy sinis.
“Mama merindukanmu, sayang,” jawab mama Candy sambil menangis.
“Tapi Candy tak pernah merindukan mama. Jadi pergilah, Ma. Jangan pernah ganggu Candy lagi,” jawab Candy sambil menangis dan berlari kembali ke kamarnya.
“Benar kan? Candy tak ingin menemuimu. Jadi pergilah segera,” kata Oma.
Dengan langkah yang berat, mama Candy meninggalkan rumah itu. Dia sangat sedih. Dia begitu menyesali perbuatannya dulu yang meninggalkan Candy begitu saja.
Sementara di kamar, Candy pun tak henti-hentinya menangis. Dia juga sangat sedih. Sebenarnya dia juga merindukan mamanya. Namun, dia selalu mencoba untuk membenci mamanya. Dan setiap kali dia mencoba untuk membenci mamanya, saat itu juga hatinya sangat sakit.
Besok adalah hari ulang tahun Candy yang ke-17 tahun. Tapi Candy tak merasakan suatu kebahagiaan apapun. Candy menatap ke langit. Bintang bertaburan dengan indahnya di langit sana. Candy merenung. Dia merasa dia sudah sangat lelah selalu terlarut dalam kesedihan. Dia ingin tersenyum walau hanya sebentar saja. Tapi, semua itu terlalu sulit baginy
Candy melihat sebuah bintang jatuh. Tanpa berpikir panjang, Candy menyampaikan harapannya kepada Tuhan. Sebuah permintaan yang begitu sederhana, dia hanya ingin tersenyum di hari ulang tahunnya.
Keesokan harinya, Candy pergi ke makam ayahnya. Disana dia bercerita, menangis, dan menyampaikan semua yang ada dalam pikirannya. Tak berapa lama, mama Candy berdiri tepat di sampin Candy. Candy yang mengetahui hal itu hanya diam saja, seolah-olah tidak mengetahui bahwa mamanya ada di sampingnya.
“Maafkan mama, Candy. Mama khilaf. Mama memang salah. Mama meninggalkanmu begitu saja. Tapi percayalah, mama menyayangimu. Mama ingin mengulang semuanya dari awal,” kata mama Candy.
Candy hanya diam dan terpaku. Candy berpura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan oleh mamanya barusan.
“Mama mohon beri mama kesempatan satu kali lagi,” tetap tak ada respon dari Candy.
“Mama tau kalau kamu sangat membenci mama. Tapi ingatlah Candy, mama tetap mamamu. Mama yang akan selalu menjagamu apapun yang akan terjadi. Kamu boleh benci sama mama, tapi sayang mama tak akan pernah berubah sama putri mama yang cantik ini.”
Tak terasa air mata Candy mulai membasahi pipinya. Namun Candy tak mengatakan apapun. Candy hanya diam. Mama Candy pun memeluk Candy.
“Selamat ulang tahun, sayang,” kata mama Candy.
Candy menangis di pelukan mamanya. Secara tak sadar, Candy tersenyum.
“Ternyata mama mengingatnya,” jawab Candy akhirnya.
“Tak mungkin mama melupakanmu, sayang.”
“Candy sayang sama mama.”
“Mama juga sayang sama Candy.”
Tak berapa lama, merekapun meninggalkan pemakaman ayah Candy. Kini wajah Candy tak lagi murung. Candy terlihat begitu bahagia. Bahkan sangat bahagia. Dia tak lagi merasakan kesedihan.
“Ma, seandainya Candy meninggal saat ini, setidaknya Candy sudah merasa bahagia,” kata Candy tiba-tiba.
“Tapi mama tak mau kehilanganmu secepat itu, Candy. Mama belum merasa telah membuatmu bahagia.”
“Berada di dekat mama seperti saat ini saja sudah membuatku bahagia, Ma.”
“Apapun itu yang penting mama sayang Candy.”
“Candy juga sayang sama mama. Ehh, mama gak mau lihat foto-foto kita dulu waktu ayah masih bersama kita?” tanya Candy.
“Sepertinya menarik. Mama ingin lihat, sayang,” jawab mama.
“Mama tunggu disini, yah. Jangan kemana-mana. Candy ambil album fotonya dulu.”
Mama Candy hanya bisa tersenyum-senyum. Candy kemudian berlari ke rumahnya. Setelah mencari-cari album itu, akhirnya Candy menemukannya. Candy berlari dengan girang hendak menghampiri mamanya. Namun tragis, sebuah mobil menabrak Candy.
“Caaaannndddyyyy..........” mama Candy begitu panik. Dengan air mata yang sudah membasahi pipinya, mama Candy menghampiri Candy. Dengan kondisi yang begitu parah, Candy masih bisa tersenyum saat melihat mamanya.
“Caann...Candy ha..harus pergi Ma,” kata Candy terbata-bata.
“Enggak, sayang. Kamu harus bertahan. Kamu harus kuat. Mama belum membahagiakanmu, sayang,” jawab mama Candy histeris.
“A...aku sudah ba..bahagia, Ma. Se..setidaknya Tuhan me..mengabulkan do..doaku. Caaann..Candy sa..sayang mama.” Candy pun menghembuskan nafas terakhirnya. Mama Candy begitu histeris. Dia sangat sedih. Baru saja dia ingin membahagiakan putrinya tersebut, namun putrinya sudah meninggalkannya. Mama Candy mengambil album foto dari pelukan Candy. Kemudian dia memeluk erat putri kesayangannya itu. Dia merasa sangat kehilangan. Namun, dia hanya bisa menangis. Menangis dan menangis di bawah air hujan seolah tak percaya putrinya telah meninggalkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar